Karyawan, Pengusaha, dan Side Hustle
Pertanyaan yang sering dipertanyakan ketika kita lulus kuliah, mau melamar jadi pegawai negeri, karyawan perusahaan, atau pengusaha ? Ketika kita lulus kuliah, rasanya masih bisa memilih mana yang sesuai dengan passion. Tapi ketika kamu masuk ke gerbang pernikahan dan berumah tangga, sepertinya kita akan memilih pekerjaan dengan penghasilan yang mecukupi kebutuhan keuangan.
Realitanya semenjak aku lulus dari S1, untuk mencari kerja sebagai pegawai negeri ataupun karyawan untuk pekerjaan dengan gaji tinggi maupun tempat kerja yang bagus, sungguh melalui persaingan yang sengit. Berdasarkan pengalamanku, aku sudah mencoba 2x untuk menembus tes CASN di lingkungan Universitas Negeri Padang. Aku hanya bisa mencapai lulus passing grade di SKD, belum bisa menembus SKBnya. Untuk kualifikasi S2 manajemen, aku bertemu dengan lulusan dari UGM, UI, dan ada yang tamatan dual degree dari Malaysia.
Untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus di Indonesia, kita harus mengetahui bagaimana kondisi pasar kerja di Indonesia. Terutama bonus demografi yang sebenarnya adalah bonus bagi pengusaha di Indonesia, namun merugikan bagi kita para pencari kerja. Secara demografi, penduduk Indonesia saat ini di dominasi oleh usia produktif. Jadi, ketersediaan tenaga kerja di Indonesia itu sangat banyak, sementara lowongan kerjanya terbatas. Ditambah dengan beberapa lowongan kerja bisa digantikan dengan teknologi berupa AI, sehingga lowongan perkerjaan semakin menyempit.
Salah satu ekonom senior dari Bank Indonesia bernama Nurkholisoh Ibnu Aman, dalam tulisannya di Quora dengan judul "Mengapa Banyak Perusahaan Indonesia yang Pelit ?", berpendapat bahwa perusahaan bisa sesuka hatinya karena banyaknya para pencari kerja di Indonesia.
"Tidak suka pekerjaan ini ? tidak suka gaji segini ? tidak suka aturan kerja disini ? resign saja, masih banyak kok pengangguran yang menginginkan pekerjaanmu !". Seperti inilah perumpaannya jika kamu protes terhadap beban kerjamu di perusahaan ketika gajinya tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan.
Bonus demografi Indonesia ini akan berlangsung sampai tahun 2035. Bayangkan bagaimana sulitnya mencari kerja di Indonesia ini akan tetap berlangsung hingga 11 tahun lagi. Bagi kamu yang bekerja sebagai karyawan, kamu akan kesulitan meminta kenaikan gaji. Bukan hanya itu, batas usia untuk pelamar kerjapun dibatasi maksimal 35 Tahun bagi beberapa perusahaan besar dengan gaji tinggi. Sementara, kebutuhan hidup semakin tinggi karena kenaikan harga akibat inflasi ekonomi.
Aku bukan menyuruh orang resign dari pekerjaannya di perusahaan. Kalau kamu sangat ingin bekerja di perusahaan, usahakan kamu bekerja di perusahaan yang sudah "Tbk", atau disebut sebagai perusahaann publik, dimana saham perusahaannya sudah terdaftar di Bursa Efek. Karena secara keuangan, perusahaan publik mampu mengajimu cukup tinggi. Perusahaan publik secara capital (modal) termasuk sangat kuat. Untuk dapat pekerjaan di perusahaan publik ini sangatlah sulit, karena persaingannya sangat ketat. Jika tidak mampu untuk bekerja di perusahaan publik, setidaknya di anak perusahaan yang induk perusahaannya kuat dan besar. Kalau kamu bekerja di perusahaan yang bersifat privat atau family business, saranku jangan bertahan terlalu lama di sana. Syukur-syukur kamu bisa pindah dan bekerja di perusahaan publik. Sekiranya kamu tidak bisa mendapatkan kerja di perusahaan publik, kamu usahakan untuk bisa bekerja di anak perusahaan yang induk perusahaannya kuat dan besar. Jika tidak, aku lebih menyarankan kamu untuk punya side hustle.
Alasan utama aku tidak menyarankan kamu berlama-lama di perusahaan private maupun family business, karena seberapapun kamu bekerja keras, kamu hanya menambah sukses bisnis orang lain yang memiliki perusahaan tersebut. Yang semakin kaya itu adalah pemilik perusahaan privat tempat kamu bekerja. Sementara nasib keuanganmu tidak berubah sama sekali. Bukan berarti kamu langsung resign juga lalu menjadi pengusaha. Ketika kamu masih bermental karyawan yang terbiasa menerima gaji perbulan, ada kemungkinan kamu belum tentu sangup secara mental untuk menghadapi pasang surutnya dunia bisnis.
Menjadi pengusaha itu tidak semudah apa yang terlihat dan kamu pikirkan. Karena diawal kamu memulai bisnis, penghasilan kamu tidak akan langsung stabil atau punya konsumen yang langsung loyal. Butuh waktu diatas 5 tahun atau bahkan lebih untuk membuat bisnis kamu bisa dikenal dan banyak diminati konsumen. Terutama ketika kamu tidak memiliki modal dan branding yang kuat, aku tidak menyarankan kamu resign dari pekerjaan sebagai karyawan di perusahaan privat.
Solusi alternatif menurutku adalah "Side Hustle". Side hustle adalah pekerjaan tambahan yang dimiliki oleh seseorang disamping pekerjaan utamanya. Side hustle dalam dunia bisnis bisa disebut bisnis paruh waktu yang dijalankan secara self-employement, karena secara umum side hustle dalam dunia bisnis dijalankan sendiri. Pada awal membangun side hustle, tentu kamu memulainya tanpa merekrut karyawan dalam bisnismu, yang demikian itu dikenal sebagai solopreneur.
Ada berbagai macam ide untuk bisnis side hustle seperti :
1. Bisnis makanan seperti kue tradisional, kerupuk, dll, dimana kamu bikin kue tadisional, kerupuk ataupun makanan kecil lainnya yang bisa kamu jual secara titipan ke banyak warung-warung kelontong. Pas pulang kerja, kamu tinggal mengambil jualanmu tadi ke warung tersebut. Biasanya pemilik warung kelontong akan mengambil sedikit keuntungan dari harga jual. Misalnya kamu jual diharga Rp. 2000, -, pemilik warung akan menjual dengan harga Rp. 2500,-.
2. Punya online store. Kamu bisa mulai menjual produk kamu secara online, pulang dari kerja kamu bisa mengantarkan pesanan lewat jasa ekspedisi seperti JNE, JNT, dll.
Masih banyak jenis bisnis lain yang bisa dijadikan side hustle seperti : bisnis frozen food, jasa cuci kendaraan dan jasa service motor di akhir pekan, MUA (MakeUp Artist), dll
Bahkan melakukan side hustle juga menjadi saran dari pemerintah kita, kamu bisa lihat pada artikel di website prakerja https://www.prakerja.go.id/artikel/info/jalan-ninja-menuju-kebebasan-finansial milik pemerintah. Kalau terjadi masalah atau kerugian pada bisnis paruh waktumu (side hustle), kamu masih bisa untuk menyelamatkan keuanganmu lewat penghasilan dari pekerjaan utama. Sementara untuk menjadi pengusaha, kamu harus punya ide bisnis yang realistik untuk jangka panjang. Apakah ide bisnis kamu mengisi kekosongan di pasaran ? (Apakah produk yang kamu jual itu belum ada di pasaran ?), Apakah ide bisnis mu bisa menjadi solusi masalah yang ada pada konsumen ? Apakah ide bisnis dari produk yang kamu jual akan menonjol menurut konsumen? Apakah ide bisnis kamu akan bertumbuh di pasaran ? Memulai bisnis itu bukan sekedar memulainya saja, tapi ada banyak pertimbangan baik secara kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan acaman bisnis yang harus kamu pertimbangkan secara matang-matang, karena setiap bisnis biasanya memiliki saingan. Ibarat kata, kamu dan saingan bisnismu akan sama-sama memperebutkan pasar dan konsumen, bahkan bisnis kamu bisa mengalami kegagalan. Intinya, apakah ide bisnimu akan berhasil ? Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, aku akan menulisnya lebih mendalam tentang bisnis pada blog lain. Karena pembahasannya tidak sedikit, seperti menemukan "Market Gap" butuh satu pembahasan tersendiri.
Pembahasan aku kali ini lebih menitik beratkan ke bagaimana & apa resiko atau dampak dari kita memilih pekerjaan sebagai pegawai maupun karyawan, pengusaha, atau punya side hustle. Aku menjelaskan dari point of view berupa kemungkinan buruk yang terjadi saat kita memilih pekerjaan sebagai karyawan maupun pengusaha. Bukan berarti kamu harus pesimis, namun lebih bersiap-siap menghadapi rintangan dari bonus demografi. Sisi positifnya adalah tidak semua penduduk Indonesia itu merata. Ada analisa lain dari persebaran penduduk Indonesia yang tidak merata dan keuntungannya dalam persaingan dunia kerja.
Nah, aku mengakses website diatas pada tanggal 17 Mei 2024. Untuk lowongan di Wilmar Nabati Indonesia Padang, perusahaan membuka lowongan untuk staff IT yang mana masa berlaku lowongannya hanya sampai 31 Mei 2024.
Kebanyakkan pencari kerja itu tidak mencari lowongan kerja berdasarkan website rekrutmen dari perusahaan. Mereka mencari kerja lewat aplikasi pencari kerja, sementara tidak semua perusahaan, terutama perusahaan bagus yang membuka lowongan kerjanya di aplikasi. Informasi terbatas seperti ini membuat kesusahan para pencari kerja. Bagi yang tau justru malah berpeluang besar.
Comments
Post a Comment