Lima Hal Penting Tentang Konsumen Indonesia

 Untuk mengetahui bagaimana konsumen Indonesia, kita harus tau pola atau perilaku dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Memahami perilaku konsumen Indonesia dapat membantu kita sebagai pemasar untuk menganalisa strategi pemasaran yang tepat untuk konsumen Indonesia. Berikut ini ada lima hal penting yang harus kita ketahui tentang konsumen Indonesia berdasarkan laporan dari McKinsey & Company (Consumer and Shopper - November 2013). Sekilas laporan ini terlihat  sebagai survei yang dilakukan pada 10 tahun yang lalu. Namun setelah laporan ini aku baca ulang, ternyata laporan ini   memprediksikan perkembangan konsumen Indonesia hingga tahun 2030. Itulah kenapa aku menuliskan tentang berdasarkan laporan ini, karena terbukti dan relevan untuk dijadikan acuan informasi terkait konsumen Indonesia.

1) Indonesia mengalami urbanisasi yang cepat dan beberapa kota yang memiliki potensi tinggi terhadap daya beli

Pada tahun 2023, diperkirakan bahwa konsumen Indonesia akan tinggal di perkotaan (daerah urban), hal ini menjadi tantangan bagi pemasar untuk memahami perilaku konsumen Indonesia di daerah perkotaan. Salah satunya, konsumen Indonesia di daerah perkotaan lebih menyukai berbelanja online dibandingkan offline. Peluang-peluang seperti ini yang harus ditangkap oleh pemasar. Contohnya bermunculannya belanja bahan pokok secara online seperti "Segari", dimana konsumen diberikan kemudahan untuk tidak lagi perlu berdesak-desakan ke pasar tradisional untuk membeli bahan masakan sehari-hari. Hal ini juga memberikan kemudahan bagi para ibu yang bekerja, sehingga mereka bisa menghemat waktu dan tenaga dengan berbelanja bahan masakan secara online di "Segari" tanpa perlu pergi ke pasar tradisional. Selain itu ada lima kota kecil yang berpotensi untuk memiliki daya beli tinggi, antara lain : Madiun, Bandar Lampung, Padang, Gresik, dan Denpasar. Yang sangat menarik bagiku adalah Padang menjadi salah satu kota dengan konsumen berdaya beli tinggi. Emang bener sih, sepengangguran-penganggurannya orang di Padang, tetap saja mereka memiliki uang untuk jajan makanan. Perputaran bisnis yang paling cepat di Padang ini adalah sektor kuliner & pariwisata perhotelan. Jadi, mereka yang yang bergerak di dua sektor ini paling cepat banget balik modal. Bahkan aku sendiri di instagram ngefollow istri dari pemilik Hotel Premiere Santika Cabang Padang, yang mencengangkan aku, istrinya ini bernama Jessica, memiliki usaha cake online yang terkenal di Padang. Ternyata sektor kuliner ini menjadi nomor 1 di Padang, makanya usaha dibidang kuliner ini paling banyak konsumennya di Padang.

2) Pola / Perilaku umum Konsumen Indonesia

Konsumen Indonesia berorientasi pada keluarga, menghindari resiko, dan loyal terhadap merek (khususnya merek lokal). Dari pernyataan diatas, dapat kita analisa bahwa produk-produk keluarga ini cenderung lebih banyak peminatnya di Indonesia. Restoran untuk keluarga, kamar hotel untuk keluarga, furnitur untuk keluarga, baju lebaran untuk keluarga, sabun keluarga, pokoknya apapun produknya, selama mengusung tema "keluarga", kemungkinan laku di pasaran Indonesia sangatlah besar.

3) Ada sekitar 20 Juta lebih konsumen Indonesia yang tidak berperilaku seperti umumnya

Mereka ini adalah konsumen Indonesia kelas atas alias orkay (orang kaya). Mereka mau mencoba produk baru dan membeli produk yang premium dengan harga tinggi. Mereka menghargai pentingnya memanjakan diri dan memberikan self reward pada diri mereka. Mereka ini rata-rata adalah orang yang cerdas secara finasial.

4) Konsumen Indonesia sangat loyal terhadap merek dan lebih menyukai merek lokal

Konsumen Indonesia itu sangat senang dalam produknya itu ada unsur budaya lokalnya. Contohnya dalam produk mie instan. Walaupun Korea Selatan mencoba memasuki pasar Indonesia dengan produk mie instan merek "Samyang", namun masih belum bisa melampaui penjualan produk mie instan lokal seperti Indomie. Karena Indomie ini mengangkat unsur budaya kuliner Indonesia  dengan beragam rasa lokal, contohnya rasa rendang, rasa mie aceh, rasa soto lomongan, rasa seblak, dan lain sebagainya. Nah, untuk membuat konsumen Indonesia loyal terhadap suatu merek, para produsen harus menambahkan budaya loka Indonesia ke dalam produk mereka.

5) Konsumen Indonesia senang berbelanja di toko serba ada (convenience store)

Seperti yang disampaikan pada poin nomor tiga, bahwa hanya 20 juta konsumen Indonesia yang mau membeli produk yang premium, sisanya adalah para konsumen yang nyaman berbelanja dengan harga murah. Kebanyakan konsumen Indonesia senang berbelanja di toko serba ada atau disingkat toserba dibandingkan supermaket. Tidak mengherankan kalau harga murah atau terjangkau masih menjadi daya tarik bagi konsumen Indonesia.


Comments

Popular posts from this blog

A New Thing